Friday, May 12, 2006

Pencerahan HIDUP.....









PI ‘TUTUR-1

“kang ingaran urip mono mung
Jumbuhing badan wadhag lan batine,
Pepindahane wadhah lan isine…
Jeneng wadhah yen tanpo isi,
Alah dene arane wadhah,
Tanpo tanja tan ana pigunane.
Semono ugi isi tanpo wadhah
Yekti barang mokal ….
Tumrap urip kang utomo
Tertamtu ambutuhake wadhah lan isine
Kang utama karo-karone”

“yang disebut hidup (sejati) tak lain
Adalah leburnya tubuh jasmani dengan batinya
Ibarat bejana dan isinya…
Disebut bejana bila tiada isi,
Tak ada artinya disebut bejana,
Sia-sia tak ada gunanya.
Demikian juga isi tanpa bejana
Sungguh hal yang mustahil…
Demi hidup yang baik
Tentulah dibutuhkan bejana dan isi
Yang baik(atau:sebaiknyalah) kedua-duanya”

PI ‘TUTUR-2

“Mula anane wadhag
Ya ora kena rinemehake
Jur darbe’panemu
Yen sampurnaning urip kuwi
Yen wis bisa nyingkirake
Kawadhagane

“Karena itu adanya kejasmanian
Janganlah dianggap sepele
Dan janganlah orang mengira,
Bahwa kesempurnaan hidup itu
Apabila sudah dapat mengenyahkan
Kejasmaniaannya”
-----------------------------------------------------

“Um vollendeter menschlicher Geist zu sein,
Musz er immer mehr Leib warden”

“Agar jadi jiwa manusiawi yang sempurna
Ia harus semakin menjadi badan”

Sebaliknya:

“Agar jadi badan manusiawi yang sempurna
Ia harus semakin menjadi Jiwa”

15 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Kita suka melihat pria tampan wanita cantik tolok ukur kecantikan tidak pernah sama dan biasanya subjektif, akan tetapi seluruh selera dan dambaan dasar kita lebih mengarah kepada yang kita anggap rupawan daripada yang buruk rupa. Ini sesuatu hal yang sehat (wajar & lumrah, karena disinilah kita menghayati secara alami, bahwa manusia menginginkan yang baik, yang utuh, yang selaras, yang mencitrakan dambaan jati dirinya.
Olah raga dewasa ini kian memasyarakat. Namun sebelum olahraga resmi atau olahraga sistematis gaya internasional disebarluaskan, masyarakat kita telah berolahraga dalam banyak bentuk pekerjaan dan perjalanan sehari-hari. Tentulah sebagai keharusan mencari nafkah, belum selaku rekreasi atau pemulih kesehatan, tetapi pengolah raga tak pernah dianggap tidak penting. Olah raga bila dikerjakan dlm batas-batas keseimbangan dgn keseluruhan tugas-tugas hidup yang lain dapat menjadi MULIA.
Tubuh sehat, selaras, indah itu sebenarnya hanya sekian segi dari satu perkara, yakni mekarnya kehidupan manusia sesejati mungkin.
Maka, betapapun fana, lagi cepat kebagusan dan kecantikan tubuh kita terongrong oleh umur, betapa lekas badan termakan penyakit dan akhirnya musnah tiada berbekas sekalipun, tetapi toh, sebagaimana juga ternyata, segala jasmani ini pantas dipelihara. Dengan kata lain :"Sangat berharga, punya arti, punya nilai untuk Tuhan Allah, Keabadian dan Sesama kita.
------
Bangsa indonesia sedang mencari keselarasan raga-batin dalam kancah pergulatan dengan teknologi modern dan peradaban benda yang serba melanda dari barat. (Romo Mangun)

Friday, May 12, 2006 12:27:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Memang benar ,karena kesempurnaat itu adalah milik Tuhan (Yang Kuasa),bahwa manusia tidak pernah sempurna, mudah terkena penyakit. Tubuh kita lama tegap, segera layu dan akhirnya mati. juga benar, bahwa dari hati manusia terbitlah segala pikiran jahat. Bila kita mencuri, kita pakai tangan dan bila kita berbuat jahat, selalulah badan kita menjadi pelaksana kejahatan. Akan tetapi sebaliknya: yang baik dan indah datang juga dari si pelaksana tubuh yang mengerjakan rancangan-rancangan yang timbul dari dalam batin yang baik.
Maka bila kita begitu tertarik kepada sosok tampan atau wajah ayu, bila kita terpesona oleh hasil gemilang para olahragawan, khususnya para pesenam remaja putri yang begitu indah elegan memperagakan keterampilan, energi kuat tetapi luwes serba ringan kesan mengalahkan gravitasi bumi, maka semua itu pada hakikatnya dari keterbelengguan dan utuk merealisasikan diri secara semakin sejati

Friday, May 12, 2006 12:38:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

MENYANYI
-----------

Siang hari anak tetangga kami sering memanjat pohon gori tinggi sekali dan diantara dua dahan sambil berayun-ayun ia menyanyi. Demikian juga kedua adiknya yang belum bersekolah menyanyi sore sebelum tidur, terseling senda gelak ketawa girang. Sebenarnya saja, yang bisa menyanyi dalam arti sejati. Para biduan-biduanita dan kita pun yang disebut dewasa sering menyanyi juga. akan tetapi yang kita lakukan sebenarnya bukan menyanyi, melainkan mementaskan nyanyian. Bagaimana para biduan-biduanita seandainya tidak mendapt honor? Dapatkah kita bernyanyi dengan keikhlasan dan kelapangan hati di kamar mandi misalnya, sehebat seperti di TV atau di atas Pangung?. Tanpa pamrih tanpa ikatan atau kekhawatiran akan gengsi dsb?
Anak-anak kecil menyanyi tidak karena dorongan atau perintah dari luar, tetapi karena terayun oleh riak gelombang dari dalam hati. Bagi dia menyanyi adalah hidup, sama juga apabila ia berlari-lari, menari-nari mendapat kue dari ibunya, bersepak bola atau bermain-main boneka

Friday, May 12, 2006 12:56:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

MELAMUN
--------

Hai sri, kau melamun! Dan terkejutlah tersipu-sipu gadis yang dibangunkan teman-temanya dari lamunan. Ia malu, bukan sejenis malu karena tertangkap basah mencuri atau gengsinya merosot, malu karena berbuat aneh atau buruk. Ia malu, karena suatu rahasia pribadinya terjamah, karena suatu tunas yang masih rapuh tersentuh. Malu sang gadis itu mirip, malu manusia yang merasa terintip ketelanjangannya, ibarat terkena anginlah api pelita yang keramat. Tetapi melamun bukanlah sesuatu noda dan tak perlulah kita malu hanya karena ketahuan sedang melamun. Dan memanglah, manusia yang sedang melamun bagaikan kupu yang sedang terbang indah. Jangan disentuh sayapnya, nanti rusak warna-warninya, nanti lari tidak membuahkan bunga. Melamun sering merugikan tugas yang meminta ketekunan dan pikiran bangun. Tetapi manusia yang tidak bisa melamun, tetap ulat atau kepompong, mandul dan beku.

Friday, May 12, 2006 1:10:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

NAPAS
-----

Kita yang sehat, tidak merasa bahwa kita bernapas. Baru bila kita sedang sakit asma atau sesak napas, jadi dalam keadaan tidak sehat atau tidak wajar, barulah kita sadar tentang pernapasan itu. Kita bernapas sudah secara otomatis, tanpa dipikir; dan bayi yang baru saja lahir, terus langsung ia bernapas. Begitulah juga, bila kita sehat mental dan semangat, maka kita pun tidak menguber-uber dan mengublak-ublak jalan pikiran, mental dsb.
Mental yang baik, semangat suka menolong dsb. pun harus begitu rupa sehingga itu seperti sudah menjadi pernapasan kita. Orang yang sudah betul napas semangat dan mentalnya, juga tidak perlu dorongan ekstra dan sulit agar berbuat betul. Maka kebaikan dan kebajikan, segala yang menolong kawan, suka damai dan menyebar kegembiraan, kepada sekeliling memanglah harus sudah seperti napas kita sehari-hari. tidak perlu khusus dipaksa-paksa untuk berbuat amal, kita seyogyanya sudah cendrung sendiri untuk beramal. Seperti sudah menjadi napas kita.
sering orang melatih diri dlm mengatur napas secara sadar, dalam latihan-latihan yoga dan ulah kebatinan dsb. Itu baik. Asal saja kita tahu, bahwa semua itu hanyalah sarana. Keragaan kita, jadi pernapasan juga, harus intergated, berpadu lebur sungguh dalam pernapasan dalam arti hidup tingkat yang lebih tinggi daripada hidup wadhag belaka.
Berbahagialah manusia sehat yang tanpa dipikir sudah dpt bernapas secara wajar dan tidak terasa. Lebih berbagialah orang yang bernapas kebaikan, kedamaian, dan kegembiraan yang menciptakan sekelilingnya menjadi serba hidup dan serba memperkokoh kehidupan

Friday, May 12, 2006 1:32:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Kepada Mereka Yang Sibuk Berkarir
---------------------------------
Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron,
putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia
nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang
sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke
kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron
menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji
Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan
dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara
ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju
kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam
ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi
Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron
kembali bertanya,
"Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun
berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia
pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur.
Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp
15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan
Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam
begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih
dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah
menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga
puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga.
Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi
karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam
harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam
dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

* * *
Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi saya
tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang
merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana
mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada suster, pembantu
atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih
dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya.
Apakah hal ini berlebihan? Sebagian besar wanita karier yang nampaknya
menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak
mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung
mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer
sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang
sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil
nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.

Wednesday, May 31, 2006 12:29:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Harga Diri dan Status

"Huuu..uuura!" Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima
telegram dari anaknya yang telah ber-tahun2 menghilang. Apalagi ia adalah
anak satu2nya. Maklumlah anak tsb pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 th
yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima
kabar lagi dari putera tunggalnya tsb. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur
di medan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tsb.

Dalam telegram tsb tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.Esok harinya
telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal
kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk
dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan2 bisnis dari suaminya
diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal
diseluruh ibukota.

Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di
airport.
Si Anak: "Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?"
Ibu: "Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa
saja, jangan segan2 bawalah!"
Si Anak: "Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di
Vietnam?"
Ibu: "..oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang
cacad? " - nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: "Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!"
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan
anaknya: "Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi
masalah?"
Si Anak: ".tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama
Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena
sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya
ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur
melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!"

Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: "Nak lain kali saja kawanmu itu
diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau
perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!"
Si Anak: "Tetapi ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari
dia!"
Si Ibu: "Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat
yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun
orang2 penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan
mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa
kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang
rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita
nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan2 nanti bisa
merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti."

Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.

Orang tua dari kedua anak tsb maupun para tamu menunggu hingga jauh malam
ternyata anak tsb tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena
tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah
mereka.

Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka
segera datang kesana, karena harus mengidentifikasikan mayat dari orang yang
bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah
kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena
kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman
anaknya,tetapi kenyataannya pemuda tsb adalah anaknya sendiri! Untuk membela
nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!

~~~

Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tsb kejam dan hanya mementingkan
nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri?
Apakah kita lain dari mereka?

Apakah Anda masih tetap mau berkawan
... anak2 jalanan
... dengan orang cacad?
... yang bukan karena cacad tubuh saja?
... tetapi cacad mental atau
... cacad status atau cacad nama atau
... cacad latar belakang kehidupannya?

Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
.. yang jatuh miskin?
.. yang kena penyakit AIDS?
.. yang bekas pelacur?
.. yang tidak punya rumah lagi?
.. yang pemabuk?
.. yang pencandu?
.. yang berlainan agama?

Renungkanlah jawabannya hanya Anda pribadi dan Sang Pencipta saja yang
mengetahunya?!

Wednesday, May 31, 2006 12:30:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Tersenyum
--------------------

kehidupan adalah seni....

seni saat kita memberikan senyum,

dengan senyum yang tulus..kita bisa terlihat cantik dan membasahi kerumitan seni kehidupan yang pahit dengan senyum yg tulus..artinya kita tersenyum pada alam dan bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya maka tersenyumlah dengan sangat manis tatkala kita menghadapi satu kerumitan hidup karena kepahitan itu adalah berkah yang didapat untuk hari ini saja...bukan esok...lusa...atau kapan...

senyum yang tulus adalah kehangatan....

rasa cinta yg tulus...

rasa sayang ....

rasa kasih.....

maka tersenyumlah saat terjaga pagi hari....

karena bulan akan pergi dari malam dengan tersenyum....

karena bintang akan berkelip saat itu dengan riangnya sambil tersenyum..

dan matahari menyambut kehidupan dengan senyum .....

maka rasa cinta, rasa sayang dan kasih akan memelukmu erat-erat...

sepanjang hari sampai kamu enggan tersenyum lagi pada mereka .....

sangat erat ( seperti kasih seorang ibu )

senyum yang tulus adalah berkah .....

tersenyumlah dengan tulus

karena senyum yang tulus akan membalut semua luka

senyum yang tulus itu indah....

seperti seorang monalisa yang tersenyum ..

tersenyumlah....sangat manis....

seperti sepasang cherry merah yang tergelincir ... sangat indah...indah ....

obati kepahitan hidup dan bersyukur atas kebahagiaan hari ini dengan senyum ... yang tulus ... jangan lupa ...dengan tulus ....

Monday, June 12, 2006 8:31:00 AM  
Anonymous Anonymous said...

Mencari Wanita Sempurna
---------------------------

Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yang sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani tua bijak yang memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik .

Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung mana yang paling sempurna. Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani," Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan."

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,"Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling."

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,"inilah yang saya cari-cari. ia benar-benar sempurna."

Lalu menikahlah si Lelaki dengan anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian,si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek.

Ia menemui bapak Petani dan bertanya " Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?""

Petani menjawab," Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan .
Waktu itu Ia sudah hamil duluan.....!"

Wednesday, August 23, 2006 12:48:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Pernahkah Kamu Merasa Bosan?
----------------------------

Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.

Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca.

Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.

Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu tersebut, iapun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu.

Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila dipegang, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.

Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja.


Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut.

Satu hari, dua hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu.

Kini menggenggam dan membuang batu telah menjadi kebiasaannya.

Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam.

Lelaki miskin itu melanjutkan 'permainannya' memungut dan membuang batu. Ia kini lupa apa yang sedang dicarinya.

Teman, pernahkah kita merasakan kalau hidup ini hanyalah suatu rentetan perulangan yang membosankan? Dari kecil, kita sebenarnya sudah dapat merasakannya, kita harus bangun pagi-pagi untuk bersekolah, lalu pada siangnya kita pulang, mungkin sambil melakukan aktifitas lainnya, seperti belajar, nonton TV, tidur, lalu pada malamnya makan malam, kemudian tidur, keesokkan harinya kita kembali bangun pagi untuk bersekolah, dan melakukan aktifitas seperti hari kemarin, hal itu berulang kali kita lakukan bertahun-tahun !! Hingga akhirnya tiba saatnya

untuk kita bekerja, tak jauh beda dengan bersekolah, kita harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke kantor, lalu pulang pada sore/malam harinya, kemudian kita tidur, keesokan harinya kita harus kembali bekerja lagi, dan melakukan aktifitas yang sama seperti kemarin, sampai kapan?

Pernahkah kita merasa bosan dengan aktifitas hidup kita?

Kalau ada di antara teman²ku ada yang merasakan demikian, dengarkanlah nasehatku ini :

"Bila hidup ini cuman suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai baru di balik setiap peristiwa hidup."

Artinya, jangan melihat aktifitas yang kita lakukan ini sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas , karena jika kita menganggap demikian, maka aktifitas kita akan amat sangat membosankan !!

Cobalah maknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, mungkin kamu akan menemukan suatu yang baru, sesuatu yang belum pernah kamu ketahui sebelumnya, "Setiap hari merupakan hadiah baru yang menyimpan sejuta arti."

Wednesday, August 23, 2006 12:53:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Prokencong-prokenco ng Waru Dhoyong


Beberapa tokoh dalam dunia wayang kulit suka mengeluarkan kata-kata pembukaan sebelum memulai pembicaraannya, kata-kata ini tak bermakna, seperti orang yang menceracau dan kacau sekali. Dan masing-masing tokoh memiliki kata-katanya yang khas sendiri. Sang Hyang Pukulun Bathara Naradha misalnya, sebelum medhar sabda-nya, biasanya akan bergumam begini: prokencong-prokenco ng, pak-pak pong, waru dhoyong ditegor uwong... Lain lagi dengan Semar: laeeee-laeee. .. mbegegeg ugeg-ugeg, sadulit-dulita, hemel-hemel. .. Pandhita Durna juga memiliki kata-katanya yang khas: Lole-lole soma lole soma rante, woh gembol monyor-monyor. ..

Entah kenapa, kata-kata yang kacau dan tak bermakna seperti itu kadang justru bisa menembus makna yang paling dalam. Bandingkan dengan lirik Lewis Carrol (Through The Looking Glass, 1872) di bawah ini:

Twas brillig, and the slithy toves did gyre and gimle in the wabe, all mimsy were the borogoves, and the mome rath outgrabe...

Mungkin karena kata-kata yang nampaknya kacau tersebut, jika dirasakan ternyata menyajikan sebuah harmoni: harmoni yang mengatasi segala konsep, yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata yang terikat pada konsep. Dan satu-satunya cara untuk mengungkapkannya adalah: menggunakan kata-kata yang telah dilepaskan dari konsepnya.

Dan kalau kita amati, alam semesta pun nampaknya begitu: kelihatan kacau, tapi menampilkan sebuah harmoni. Seperti musik jazz-lah! Saya masih teringat ketika saya iseng-iseng belajar melukis. Ketika pertama kali berusaha menggambar obyek, saya mengira bentuk dan warna obyek-obyek itu begitu teratur dan tertib. Tapi semakin dalam saya mengamati obyek yang ingin saya lukis: sebatang pohon pisang misalnya, saya menyadari betapa nampak kacau bentuk dan warna segala sesuatu. Ranting-ranting pohon, daun-daun, batu-batu kerikil yang berserakan di tanah, awan putih, bulu ayam... seolah semuanya nampak acak dan tidak mengikuti pola tertentu. Namun dari 'kekacauan' tersebut, tercipta sebuah harmoni dan pemandangan yang sedap dipandang mata: sawah ladang, sungai, gunung dan awan.

Terdapat Kekuatan Luar Biasa (yang di dalam film The Star Wars disebut sebagai The Force). Kekuatan yang sanggup menciptakan harmoni dari kekacauan. Dan konon pada mulanya bumi pun tak berbentuk dan kosong...

The earth was formless and void, and darkness was over the surface of the deep, and the Spirit of God was moving over the surface of the waters. (Genesis 1:2, NASB).

Salam,
www.catatanrenungan .blogspot. com

Sunday, October 15, 2006 12:30:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

HADIAH
------

Teman adalah hadiah dari Yang Di Atas buat kita. Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan. Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama.. Kita mencintai dia dan dia mencintai kita. Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll. Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua BUKANlah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya. Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka atau mereka takut air", mereka akan bilang bahwa mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll. It's a defense mechanism. Itulah cara mereka mempertahankan diri.

Mereka tidak akan bilang: Mereka akan bilang:

Aku tidak bisa menari" "Menari itu tidak menarik."

Aku membutuhkan kamu" "Tidak ada yang cocok denganku.

" Aku kesepian" "Teman-temanku sudah lulus semua"

Aku butuh diterima" "Aku ini buruk, siapa yang bakal tahan denganku.."

Aku ingin didengarkan" "Kisah hidupku membosankan.."

Mereka semua hadiah buat kita, entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan. Hanya ketika kita bertemu jiwa-dengan-jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkanNya buat kita. Berikanlah makna di dlm kehidupan Anda bukan hanya untuk diri Anda sendiri saja melainkan juga untuk membahagiakan sesama manusia di dlm lingkungan kehidupan Anda. Berikanlah waktu Anda dgn digabung oleh rasa kasih! Seorang sahabat sama seperti satu permata yg tak ternilai harganya. Seorang kawan bisa membuat kita ceria, membuat kita terhibur. Mereka meminjamkan kupingnya kepada kita pada saat kita membutuhkannya. Mereka bersedia membuka hati maupun perasaannya untuk berbagi suka dan duka dgn kita pada saat kita membutuhkannya. Maka dari itu janganlah buang waktu yg Anda miliki, janganlah sia2 akan waktu yg sedemikian berharganya. Bagikanlah sebagian dari waktu yg Anda miliki untuk seorang kawan. Pasti waktu yg Anda berikan tsb akan berbalik kembali seperti juga satu lingkaran walaupun terkadang kita tidak tahu dari mana dan dari siapa datangnya. Mulailah kita awali dgn membagikan waktu kita sejenak dgn menforward artikel ini kepada semua kawan atau sahabat yg membutuhkannya. Dgn ucapan I care about you!

* Kebahagiaan anda tumbuh berkembang manakala anda membantu orang lain. Namun, bilamana anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi. (J.Donald Walters) *

Monday, November 13, 2006 2:28:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

Bukan Beban Berat yang Membuat Kita Stress

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. “Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey. “Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut.”

“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.” Stephen Covey.

Monday, November 20, 2006 4:39:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

*****************************************************************
Air Kata-Kata: Sebuah Samudera yang Luas
*****************************************************************


Dalam literatur Jawa tentang spiritualitas dikatakan bahwa Rasajati (inti terdalam manusia, kebenaran yang tertinggi) adalah Rasa yang paling halus, dan karenanya paling luas, dan Ia mencakup semua tingkatan rahsa yang berada di bawahnya. Makin halus rasa seseorang dia akan makin momot, makin luas ruang hatinya, bagai samodera raya yang dapat menampung ribuan sungai yang mengalir kepadanya tanpa menjadi penuh maupun kotor. Maka Rasajati, rasa yang paling halus dari semua rahsa itu, dapat momot (memuat) semua rahsa: dari yang paling kasar hingga yang paling halus, dari alam bekasakan (alam neraka yang paling bawah) hingga alam kaswargan luhur (alam surga yang tertinggi).

Buku 'Air Kata-kata' yang ditulis oleh Romo Sindhunata (diterbitkan oleh Galang Press dan Bayu Media, tahun 2003) menurut saya sangat menarik. Buku ini ditulis oleh seorang pastur, namun di dalamnya tidak hanya terdapat doa-doa yang 'suci' dan sakral, tapi bahkan juga terdapat makian dan umpatan, dalam 'Kutukan Asu' (Jw.: anjing) misalnya:

Aku ini bukan binatang jalang
Aku hanya khewan omahan
Aku ini asu. Asu, Su!
(Hal. 64)

Di dalam buku ini Romo Sindhu mengungkapkan hal-hal apa saja: dari hal-hal yang paling kasar hingga yang paling halus, dari yang profan hingga yang spiritual...dari kisah tentang seorang guru yang mendem ciu hingga Ave Maria. Begitulah dikisahkan seorang guru yang karena kesulitan ekonomi melarikan diri dari realitas kehidupan dan minum ciu (sejenis arak) hingga mabuk dan 'melayang-layang', maka dia pun dikejar-kejar polisi... namun karena nasibnya lagi apes, saat lari ketakutan dia malah nubruk polisi yang mau menangkapnya:

Aku mlayu sandalku kari
Kesusu malah nubruk Pulisi
Aku kaget setengah mati
Pulisine malah tak rangkuli
(Hal. 15)

Di dalamnya kita juga dapat menemukan mantra-mantra suci, kawruh-kawruh kebatinan Jawa yang adiluhur, tentang ngelmu pring (ilmu bambu) misalnya, yang mengajak kita untuk belajar dari kelenturan, kerendahan hati dan 'kekosongan' yang dimiliki sebatang bambu:

Pring iku mung suket
ning gunane akeh banget
Yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring
prasojo ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
kaya pring
(Hal. 44)

Yang menarik dari buku ini menurut saya adalah: keluasan isinya, bagai samodera yang dapat menampung apa saja yang masuk ke dalamnya, baik yang kasar maupun yang halus, yang 'neraka' maupun yang 'surga'... semua ia rangkul dengan kasih yang tidak membedakan. Bukankah demikian juga Tuhan mengasihi kita? Sebab Ia "...menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:45).

Salam,
www.catatanrenungan.blogspot.com

posted by Yohanes Sutopo

Friday, February 13, 2009 9:46:00 AM  
Anonymous Anonymous said...

********************
Ngelmu Kyai Petruk
********************

Berbeda dengan filsafat Barat, yang berakar dari filsafat Yunani (Socrates dkk.), filsafat Jawa tidak mau bersusah payah untuk berusaha menemukan apa kiranya 'unsur zat terkecil yang tidak bisa dibagi lagi yang membentuk suatu benda'. Bagi orang Jawa semua itu adalah urusan dan pekerjaan 'Sing Ngecet Lombok'. Bukan tugas manusia memikirkannya. Jika Plato setelah melalui pemikiran yang mendalam akhirnya memiliki keyakinan bahwa: terdapat kuda sempurna di alam kekal yang menjadi blue-print dari kuda-kuda yang ada dan kita lihat sekarang, maka bagi orang Jawa: yang penting adalah bagaimana merawat kuda dengan baik. Dan untuk menjadi seorang kusir dokar yang terampil kita memang tidak perlu tahu 'apakah memang benar ada kuda sempurna di alam kekal'.

Filsafat Jawa berbicara tentang hal-hal yang sederhana, namun sangat mendasar dan mendalam. Orang Jawa tidak mau pusing-pusing memikirkan apakah bumi berbentuk bulat ataukah lonjong, tapi yang penting adalah bagaimana manusia menjaga keselarasan (harmoni) dengan alam semesta, dan terlebih lagi dengan sesamanya: 'uripku aja nganti duwe mungsuh'. Filsafat Jawa mengajarkan kehidupan yang sederhana, dan menginsyafi bahwa harta benda tidaklah memberikan kebahagiaan yang hakiki: 'sugih durung karuan seneng, ora duwe durung karuan susah'. Meski demikian manusia harus bekerja: 'urip kudu nyambut gawe', dan mengetahui kedudukannya di dalam tatanan masyarakat. Manusia Jawa percaya bahwa setiap orang memiliki tempatnya sendiri-sendiri: 'pipi padha pipi, bokong padha bokong'. Kebijaksanaan kuno ini bahkan selaras dengan ilmu manajemen modern yang mengajarkan bahwa setiap individu harus memilih profesi yang cocok dengan karakternya. Setelah menemukan bidang profesi yang cocok, hendaknya kita fokus pada bidang tersebut, sebab jika kita tidak fokus akhirnya tak satupun pekerjaan yang terselesaikan: 'Urip iku pindha wong njajan. Kabeh ora bisa dipangan. Miliha sing bisa kepangan.'

Berikut ini kutipan lengkap salah satu pitutur luhur yang sering disampaikan ki Dalang dalam pertunjukan wayang kulit melalui tokoh Petruk:

NGELMU KYAI PETRUK
---------------------
Kuncung ireng pancal putih
Swarga durung weruh
Neraka durung wanuh
Mung donya sing aku weruh
Uripku aja nganti duwe mungsuh.

Ribang bumi ribang nyawa
Ana beja ana cilaka
Ana urip ana mati.
Precil mijet wohing ranti
Seneng mesti susah
Susah mesti seneng
Aja seneng nek duwe
Aja susah nek ora duwe.

Senenge saklentheng susahe sarendheng
Susah jebule seneng
Seneng jebule susah
Sugih durung karuan seneng
Ora duwe durung karuan susah
Susah seneng ora bisa disawang
Bisane mung dirasakake dhewe.

Kapiran kapirun sapi ora nuntun
Urip aja mung nenuwun
Yen sapimu masuk angin tambanana
Jamune ulekan lombok, bawang
uyah lan kecap
Wetenge wedhakana parutan jahe
Urip kudu nyambut gawe

Pipi ngempong bokong
Iki dhapur sampurnaning wong
Yen ngelak ngombea
Yen Luwe mangana
Yen kesel ngasoa
Yen ngantuk turua.

Pipi padha pipi
Bokong padha bokong
Pipi dudu bokong.

Onde-onde jemblem bakwan
Urip iku pindha wong njajan
Kabeh ora bisa dipangan
Miliha sing bisa kepangan
Mula elinga dhandhanggulane jajan:

Pipis kopyor sanggupira lunga ngaji
Le ngaji nyang be jadah
Gedang goreng iku rewange
Kepethuk si alu-alu
Nunggang dangglem nyengkelit lopis
Utusane tuwan jenang

Arso mbedhah ing mendhut
Rame nggennya bandayudha
Silih ungkih tan ana ngalah sawiji
Patinira kecucuran

Ki Daruna Ni Daruni
Wis ya, aku bali menyang Giri
Aku iki Kyai Petruk ratuning Merapi
Lho ratu kok kadi pak tani?

********************
('Ngelmu Kyai Petruk' dikutip dari buku Air Kata-Kata, karangan Sindhunata, Galang Press, 2003, Yogyakarta, hal. 110)

Friday, February 13, 2009 10:19:00 AM  

Post a Comment

<< Home


Free chat widget @ ShoutMix
Zawa-BirthdayReminder CIBFest 2008 Banner A
Want one? Go to www.geocities.com/testiflash
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia